PERANCANGAN SISTEM MANAJEMEN GUDANG
PERANCANGAN SISTEM MANAJEMEN
GUDANG
MATERIAL PENUNJANG
PADA PT ABADI JAYA
Sistem Manajemen Gudang
Gwynne Richards (2011)
mendefinisikan gudang sebagai fasilitas khusus yang bersifat tetap, yang
dirancang untuk mencapai target tingkat pelayanan dengan total biaya yang
paling rendah. Manajemen pergudangan dirancang bertujuan untuk mengontrol
kegiatan pergudangan yang diharapkan dari pengontrolan ini adalah terjadinya
pengurangan biaya-biaya yang ada di dalam gudang, pengambilan dan pemasukan
barang ke gudang yang efektif dan efisien, serta kemudahan dan keakuratan
informasi stok barang di gudang. Menurut Arnold (2008) fixed location system
adalah sistem penempatan barang pada lokasi yang telah ditentukan
sebelumnya dan tidak dapat dicampur dengan barang-barang yang berbeda jenis
dari yang telah ditentukan. Barang yang disimpan kelihatan rapi dan gampang ditemukan.
Metode ini biasanya dipakai oleh gudang kecil yang tidak terlalu menyimpan
banyak barang di dalamnya. Menurut Arnold (2008) floating location system adalah
sistem yang membuat penempatan barang pada gudang dapat diletakkan pada lokasi
yang berbeda-beda. Tidak adanya penentuan tempat dalam peletakan barang membuat
penggunaan tempat yang ada tersedia menjadi lebih efisien. Barang pada gudang
dapat diletakkan dimana saja, yang penting termuat lokasinya pada
sistem.
Standard Operating Procedure (SOP)
Sebuah prosedur operasi yang
standar atau biasa disingkat SOP sangatlah dibutuhkan dalam dunia industri. SOP
yang sudah dibentuk haruslah diteliti dan dibandingkan dengan keadaan
sesungguhnya di lapangan, guna memastikan semua kegiatan berjalan sesuai
standar (Tompkins and Smith, 1998). SOP
tidaklah harus dalam bentuk dokumen. Salah satu contoh SOP selain dokumen yaitu
bulletin form, seperti dibahas oleh Rahardjo dan Rahardjo (2013). Dalam
penelitiannya, mereka menyatakan bahwa bulletin form dapat digunakan
sebagai SOP bagi operator mesin yang mengoperasikan mesin setiap harinya.
Dengan begitu, peningkatan yield yang telah dicapai dapat stabil dan
memiliki kecenderungan untuk meningkat.
Perbaikan Tata Letak Gudang
Tata letak gudang sangatlah
penting untuk diperhatikan, karena dapat berhubungan langsung dengan lamanya
waktu penyelesaian aktivitas dan kesalahan stok. Hapsari et.al. (2011)
membuktikan betapa pentingnya perbaikan tata letak gudang, karena pada kondisi
awalnya produk sulit untuk dicari, karena belum adanya penataan untuk
penempatan produk dan pengaturan alokasi space. Oleh sebab itu,
diperlukan penataan gudang yang memperhatikan tingkat turn over dan
sifat dari masing-masing kelompok jenis produk, serta space yang
tersedia. Irawan (2014) menunjukkan bahwa permasalahan yang terjadi dikarenakan
SOP tidak dijalankan dengan baik. Leopatria dan Palit (2013) menyatakan bahwa
rancangan perhitungan dan perbaikan nota-nota yang dibuat dapat menyelesaikan
permasalahan yang ada pada gudang.
PT Abadi Jaya
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa offset printing,
mulai untuk produk dari etiket, label, sampai dengan beraneka ragam kemasan
yang terbuat dari duplex carton box. Bermacam-macam produk yang
diproduksi menjadikan PT Abadi Jaya membutuhkan penanganan gudang yang baik.
Gudang merupakan bagian yang penting dari suatu proses produksi, dikarenakan
gudang merupakan tempat penyimpanan material produksi. Manajemen gudang sangat
diperlukan agar aliran rantai pasok dapat berjalan dengan baik. Tata letak juga
memegang peranan penting dan memiliki banyak dampak strategis bagi perusahaan.
Tata letak mempengaruhi perusahaan dari segi kapasitas, aliran material,
fleksibilitas, biaya, kualitas lingkungan kerja, dan lain sebagainya. PT Abadi
Jaya sedang mengembangkan gudang untuk material penunjang yang dibutuhkan
ketika melakukan proses produksi. Gudang material lama akan dibuat menjadi
Gudang Material Penunjang yang dikembangkan dan bertujuan untuk mempermudah dan
memperlancar proses produksi. Gudang Material Penunjang ini berisi material
yang dibutuhkan mesin ketika beroperasi, Bmaupun acuan warna dalam produksi.
Material ini mempunyai masa hidup (shelf life), karena itu harus
tersedia ketika akan produksi. Gudang Material Penunjang ini juga diharuskan
dapat menangani dan mengatur material yang dibutuhkan untuk produksi, tidak
seperti gudang material lama yang bersifat hanya sebagai tempat peletakan
barang selesai pakai tanpa pengontrolan material di dalamnya. Gudang Material
Penunjang diharapkan mempunyai suatu sistem yang dapat memperlancar keluar
masuknya barang dan dapat dicari dengan mudah. Untuk itulah tata letak
penempatan barang dalam Gudang Material Penunjang perlu diatur dengan baik.
Pelabelan barang dalam Gudang Material Penunjang juga harus benar dan mudah
untuk menemukan barang yang dicari. PT Abadi Jaya memiliki berbagai
macam produk dan membutuhkan berbagai macam material penunjang yang
berbeda-beda untuk setiap produknya. Material penunjang yang dibutuhkan untuk
proses produksi secara umum terdiri dari 7 jenis yaitu pisau plong, dieline,
map approval, contoh cetakan, klise emboss/ hotstamp, plate,
dan polymer. Map approval, contoh cetakan, dan dieline akan
diletakkan pada map besar, sedangkan polymer akan diletakkan pada
dus-nya. Jenis material dan dimensinya yang akan disimpan pada Gudang Material Penunjang
dapat dilihat pada Tabel 1. Material pada gudang mempunyai masa hidup (shelf
life) dan harus dikontrol agar tidak membuat gudang menjadi penuh.
Jenis dan Dimensi Material
Jenis Material
|
Panjang (cm)
|
Lebar (cm)
|
Tinggi (cm)
|
Plate
|
113
|
0.2
|
93
|
Pisau plong
|
115
|
3
|
83
|
Klise Emboss
|
15
|
0.5
|
7
|
Dus Polymer
|
113
|
5
|
83
|
Map Besar
|
116
|
2
|
88
|
Kondisi Awal Gudang Material l
Gudang material awal terbagi
menjadi 2 lokasi penyimpanan yaitu gudang pisau yang menyimpan pisau plong dan
gudang dieline yang menyimpan dieline, map approval, dan
contoh cetakan. Material lain ada yang diletakkan pada lantai produksi, tempat
pembuatan pisau, maupun sepanjang jalan menuju produksi. Pada gudang pisau
terdapat 1 staf yang membantu penyimpanan dan pengeluaran pisau plong. Pada
gudang dieline juga terdapat 1 staf yang mengeluarkan dan menyimpan dieline,
contoh cetakan, dan map approval. Pada kedua gudang tidak terdapat
sistem pencatatan keluar masuk material. Sistem gudang penerimaan material
dilakukan pada saat material yang baru selesai dibuat/ dibeli dan ketika bagian
produksi selesai memakai material tersebut maka akan dikembalikan kepada staf
gudang. Material yang baru dibuat/ dibeli akan disimpan dahulu pada gudang
sampai ketika dibutuhkan oleh produksi. Material yang telah selesai dipakai
juga akan disimpan oleh staf gudang. Staf gudang mengeluarkan material dan
mengantarkannya ke bagian produksi yang memakai material tersebut ketika ada
permintaan. Ada beberapa permasalahan pada gudang material yang sekarang.
Gudang pisau yang penuh dan pencarian material yang susah setiap kali
dibutuhkan merupakan permasalahan pada gudang material sekarang. Permasalahan
yang ada pada gudang material harus diselesaikan sampai pada akar
permasalahannya. Hal ini dilakukan agar masalah awal tidak kembali lagi dan
membuat penyelesaian masalah menjadi sia-sia. Akar-akar permasalahan
digolongkan ke dalam sisi man dan method saja, dikarenakan kedua
faktor tersebutlah yang paling berpengaruh menyebabkan masalah terjadi.
Sebagian besar akar permasalahan
dari permasalahan gudang penuh adalah karena tidak adanya aturan yang dibuat
untuk mengatur gudang material. Dari sisi “man” staf gudang material
tidak berfungsi sebagai pengontrol material, tetapi lebih ke arah persiapan
material untuk produksi. Material untuk produk-produk lama banyak yang tidak
terpakai dan tidak dikeluarkan dari gudang membuat tumpukan material semakin
banyak. Staf gudang tidak ada yang mempunyai inisiatif untuk melakukan
perubahan atau perbaikan pada gudang materialnya. Akar permasalahan dari sisi “man”
yang membuat pencarian material susah pada gudang material adalah karena staf
bergantian setiap shift-nya menyebabkan buruknya informasi soal
penempatan material yang keluar masuk pada gudang selama jam kerja shift-nya
ketika berganti shift. Staf tidak saling menginformasikan untuk
peletakan material yang masuk keluar, hanya memberi tahu bahwa material apa
saja yang masuk dan keluar. Label yang tidak jelas dikarenakan penamaan
material oleh staf gudang sering disingkat juga membuat pencarian akan material
yang dibutuhkan semakin susah. Dari sisi “method” yang menjadi akar
masalahnya adalah tidak adanya aturan yang jelas mengenai bagaimana penataan
material pada rak, tidak ada perintah atau aturan untuk mencatat material
keluar masuk, dan tidak ada aturan mengenai kejelasan stok opname. Tidak
berjalannya inspeksi/stok opname juga membuat material semakin banyak
dan membuat pencarian material bertambah susah. Staf bergantian setiap shift
Informasi penempatan tidak jelas antar staf Penataan material pada rak
sembarangan Tidak ada aturan tentang pengaturan material Tidak pernah ada
inspeksi material Tidak ada aturan tentang hal ini Tidak ada aturan tentang hal
ini Fokus staf terpecah karena merangkap pekerjaan lain Pekerjaan ringan jika
hanya simpan-keluar material Label pada material tidak lengkap Penulisan label
disingkat-singkat Tidak ada pencatatan material keluar-masuk.
Gudang Material Penunjang haruslah
ditangani oleh orang yang fokus hanya pada pengaturan dan persiapan material
penunjang untuk produksi seperti staf gudang bahan baku yang fokus dalam
penyediaan bahan baku. Staf Gudang Material Penunjang harus mempunyai job
description yang jelas agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam
pengoperasian gudang. Ada 2 SOP yang dibuat untuk Gudang Material Penunjang
yaitu SOP penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran material, dan SOP pemusnahan
material. Pada SOP penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran
material, dapat dilihat bahwa yang pertama dilakukan adalah staf Gudang
Material Penunjang melihat jadwal induk produksi dari PPIC agar dapat
mengetahui produksi untuk produk mana yang jalan duluan. Setelah cek jadwal,
maka staf harus mengecek material pada gudang apakah material penunjangnya
tersedia atau tidak. Jika tidak tersedia atau kapasitas material habis, maka
staf gudang akan melakukan pengadaan material mengikuti instruksi kerja
penyediaan material. Staf Gudang Material Penunjang selanjutnya menyiapkan
material yang akan dipakai untuk produksi ketika material ada dan menunggu
produksi mengambil material tersebut. Ketika produksi mau mengambil material,
maka staf gudang harus mengikuti instruksi kerja pengeluaran dan pengembalian
material. Dalam SOP pemusnahan material hal yang dilakukan pertama kali adalah
staf gudang mendata dahulu material apa saja yang sudah tidak pernah keluar
atau terpakai dalam kurun waktu 1 tahun. Setelah selesai membuat list materialnya
staf gudang akan mengajukannya ke divisi marketing. Hal ini dilakukan
karena marketing yang lebih memahami dan bisa memutuskan persoalan
pesanan dari customer. Dari data material yang diajukan, hanya material
yang disetujui oleh marketing yang akan dibuat BAP (Berita Acara
Pemusnahan) dan diajukan ke marketing, GM, dan HR-GA untuk mendapat
persetujuan pemusnahan. Data material yang tidak disetujui, materialnya akan
tetap disimpan dan akan diajukan kembali untuk pemusnahan jika tidak/belum
dipakai 6 bulan setelah pengajuan pertama. Aturan dan wewenang yang dibuat
lebih bertujuan kearah penerapan proses agar menjadi lebih maksimal dan
terkontrol. Aturan dan wewenang yang berlaku bagi staf, peminjam (produksi),
maupun material.
Perancangan Tata Letak
Layout untuk
Gudang Material Penunjang akan terbagi 2 yaitu gudang material dan kantor
Gudang Material Penunjang. Layout yang digunakan sebagai gudang material
adalah gudang pisau untuk menyimpan pisau plong, map besar, dan dus polymer.
Gambar 3. Kantor Gudang Material Penunjang (Tampak Atas)
Gambar 4. Gudang Material (Tampak
Atas)
Layout untuk
kantor Gudang Material Penunjang adalah ruangan untuk material-material lain
yang tidak masuk dalam gudang beserta kantor staf. Layout untuk kantor
Gudang Material Penunjang dapat dilihat pada Gambar 3 dan gudang material pada
Gambar 4. Material pada gudang material akan diletakkan pada rak yang
sebelumnya digunakan pisau plong dan akan dibagi tempat peletakannya. Rak yang
digunakan adalah rak tumpuk 3 dengan baris ke samping sebanyak 22.
Pelabelan dan Penyusunan Material
Pelabelan nama material pada
Gudang Material Penunjang akan dibuat berdasarkan nama produk dan kode barang
produk tersebut. Hal ini dilakukan agar memudahkan mencari material, serta
dapat mencocokkan apakah material yang dicari sudah sesuai dengan kode
barangnya atau tidak. Contoh pelabelan nama material pada fisik material : IN
TONGJIE LUBANG – T037-0032.
Penyusunan material akan
menggunakan penggabungan antara metode floating location system dan fixed
location system yang dirasa lebih memungkinkan dan cocok untuk diterapkan
disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Rak material akan diberikan abjad, mulai
dari A-V seperti pada Tabel 2, kolom paling bawah akan mendapatkan tambahan
angka 1, kolom tengah akan mendapat tambahan angka 2, dan kolom paling atas
akan mendapat tambahan angka 3. Satu rak A akan terdiri dari kolom A1, A2, dan
A3, begitu juga dengan rak lainnya. A1 berarti rak A untuk kolom paling bawah,
A2 berarti rak A untuk kolom tengah, dan A3 berarti rak A untuk kolom paling
atas. Penataan material pada rak diurutkan dari kode barangnya agar memudahkan
pencarian material. Penataan selalu dimulai dari rak A1, kemudian ke A2, dan
baru ke B1 (pengaturan sesuai materialnya, jika map besar, maka dimulai dari
rak A3). Setelah meletakkan material tersebut, staf Gudang Material Penunjang
akan meng-update pada tabel induk material untuk posisi material berada
pada kolom mana.
Karen penggabungan dua metode dari
floating location system yang memakai sistem pengalokasian dan fixed
location system yang menggunakan metode pengurutan berdasarkan kode
barangnya, maka sistem penataan ini juga mempunyai kelemahan. Kelemahan pada
sistem ini adalah ketika ada pertambahan material baru dan tidak ada tempat
kosong sesuai dengan kode barangnya, maka harus menggeser material yang sudah
tertata sebelumnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, maka material baru akan
diletakkan dahulu pada rak ekstra (rak U) sampai ada material yang keluar dan
memberikan space kosong yang dirasa cukup untuk menggeser material atau
sampai pada saatnya stok opname nantinya (3 bulan sekali). Pada saat
stok opname, staf Gudang Material Penunjang dapat mengatur kembali
raknya bersamaan dengan mencocokkan data pada tabel materialnya. Kolom rak
bagian kiri yang paling dekat dengan pintu (rak V) akan digunakan sebagai rak
khusus material afkir (material yang rusak, sudah habis kapasitasnya, atau yang
mau dimusnahkan). Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 8 sebelumnya, untuk
kolom rak paling atas (semua kolom 3, tidak termasuk rak U dan V) dipakai untuk
penempatan map besar yang juga akan disusun dan di update seperti pisau
plong. 2 kolom keatas dan 3 kolom kesamping paling belakang (tepatnya kolom 1
dan 2 rak J, K, L, M, N, O) pada rak akan digunakan untuk meletakkan polymer
yang juga disusun dan di update seperti pisau plong.
Rancangan Operasional Sistem
Manajemen Gudang
Rancangan ini dibuat untuk
mengontrol Gudang Material Penunjang agar masalah yang sama tidak terjadi
kembali. Pembuatan kartu stok dilakukan untuk mengetahui material apa saja yang
lagi keluar dari gudang. Selain itu, pembuatan kartu stok sebagai kontrol
terhadap posisi material agar material tidak diletakkan sembarangan pada lantai
produksi. Kartu stok juga berfungsi sebagai pencocokan data material dengan
stok fisik ketika dilakukannya stok opname. Kartu stok dibuat untuk
setiap job yang jalan pada PT Abadi Jaya dan berisi list kelengkapan
material yang digunakan untuk menjalankan produksi produk tersebut. Tidak semua
produk memakai semua material penunjang. Material yang dipakai produk tersebut
akan dicentang pada kolom status ketika material tersebut ada. Untuk dieline
biasanya hanya ada 1 dan dapat dipakai untuk proses produksi dari offset
sampai finishing 1. Kolom yang berisi nama dibawah tanggal pada
kartu stok dipakai untuk tanda tangan peminjam. Seperti yang dilihat pada Tabel
10, material map besar di pinjam oleh Agus (Kepala regu offset) dan
dikembalikan oleh Edi (Kepala sie finishing 1). Map besar diserahkan ke
bagian finishing 1 dan tidak dikembalikan pada Gudang Material Penunjang
dahulu, hal ini diperboleh-kan dengan aturan orang terakhir yang memakai akan
mengembalikan. Jika produksi tidak mengembalikan material sampai waktu pada PO
sudah selesai, staf Gudang Material Penunjang wajib menagih material tersebut
pada produksi.
Penelitian ini berkontribusi dalam
menyatukan penggunaan fixed dan floating location system.
Berdasarkan pemilihan location system yang sesuai dengan kondisi
perusahaan, sangatlah memungkinkan jika menggabungkan kedua tipe location
system yang sebelumnya telah dijelaskan. Hal ini dikarenakan berguna untuk
menggolongkan barang berdasarkan kode dan alokasi sistem secara bersamaan.
Daftar
Pustaka
Richards, G. (2011).
Warehouse Management: A Complete Guide to Improving Efficiency and Minimizing
Costs In the Modern Warehouse. London: Kogan Page.
Arnold, J. R. Tony.
(2008). Introduction to Material Management, (6th ed). New Jersey: Pearson
Education, Inc.
Tompkins, J.A., and Smith,
J.D. (1998). The Wrehouse Management Book, (2nd ed). North Carolina: Tompkins
Press.
Rahardjo, B. dan Rahardjo, J.,
Peningkatan Yield Departemen XYZ pada PT X, Jurnal Titra, 1(2),
2013, pp. 199-206
Hapsari, et.al.,
Perbaikan Tata Letak Gudang Peralatan Rumah Tangga di Surabaya, Prosiding
Seminar Nasional Industrial Service, 2011.
Irawan, A., Analisa
Discrepancy pada Perusahaan Jasa Manajemen Warehouse di PT. Cipta Krida Bahari
Samarinda, Ekonomia, 3(3), 2014, pp. 269-278.
Leopatria, M. dan Palit, H.C.,
Perancangan Sistem Manajemen Gudang Tepung di PT X, Jurnal Titra, 1(2),
2013, pp. 49-56.
Komentar
Posting Komentar